KOMPLEKS
SITI INGGIL
Siti
Inggil atau sering disebut masyarakat cirebon dengan sebutan Lemah Duwur yang berarti tanah yang tinggi. Siti Inggil
merupakan sebuah bangunan yang tinggi yang di kelilingi oleh tembok bata yang
kokoh. Bangunan ini memamng yang paling tinggi di bandingkan bangunan-bangunan
lain yang ada didalam keraton kasepuhan dan nampak seperti kompleks candi pada
zaman kerajaan majapahit. Bangunan ini berdiri pada masa pemerintahan Syekh
Sarif Hidayatullah, yaitu pada tahun
1529.
Di
pelataran siti inggil terdapat sebuah meja segi empat tempat untuk bersantai.
Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang di bangun pada tahun 1800-an.
Siti Inggil memiliki dua gapura bergaya arsitek zaman Majapahit dengan motif
bentar. Gapura yang pertama bernama Gapura Adi, gapura ini terletak di bagian
utara, dan gapura yang kedua bernama Gapura Benteng, pada sisi sebelah timurnya
terdapat bentuk banteng dan di bagiaan bawah Gapura Banteng ini terdapat Candra sakala yang bertulis Kuta Bata Tinata Banteng yang artinya
adalah tahun 1451, gapura ini terletak disebelah selatan.
Tembok
yang ada di bagian utara Siti Inggil masih asli, yang artinya belum pernah
mengalami perubahan atau renovasi sedikitpun. Sedangkan tembok yang di sebelah
selatan kompleks Siti Inggil sudah pernah mengalami perubahan atau sudah di
renovasi. Di dinding tembok kompleks Siti Inggil terdapat piring-piring dan
porslen-porslen dari Eropa ada juga yang dari negeri Cina.
Di dalam
Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsinya
masing-masing.
·
Mande Malang Semirang
Bangunan utama dengan jumlah tiang 6
di tengah melambangkan rukun iman, dan jumlah tiang seluruhnya berjumlah 20
tiang yang melambangkan sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini tempat duduk sultan
dan keluarga dalam upacara-upacara latihan perang dan pelaksanaan pengadilan di
alun-alun sangkalabuana keraton kasepuhan
·
Mande Pandawa Lima
Bangunan dengan jumlah tiang penyangga
lima buah melambangkan Rukun Islam. Banguan ini di gunakan untuk pejabat
pengawal sultan.
·
Mande Semar Tinandu
Bangunan dengan dua buah tiang yang
melambangkan dua kalimat syahadat dalam agama islam. Bangunan ini adalah tempat
duduk penghulu keraton dan kepala kaum masjid Sang Cipta Rasa.
·
Mande Pengiring
Bangunan dengan 4 buah tiang di tengah dan 4 tiang di
pojok yang melambangkan 4 unsur tanah, air, api, udara dan 4 arah mata angin
utara, selatan, barat, timur. Bangunan ini adalah tempat pejabat pengiring
sultan dan para hakim serta jaksa apabila ada persidangan pengadilan.
·
Mande Karasemen
Bangunan di sebelah mande pengiring,
tempat perangkat gamelan atau kesenian. Tradisi setiap tahun untuk menabuh
gamelan Sekaten buatan abad ke XV setiap Idhul Fitri 1 Syawal dan Idhul Adha 10
Dzulhijah.
Selain
5 bangunan ini terdapat juga semacam tugu batu yang berasal dari budaya Hindu
bernama Lingga Yoni yang melambangkan Adam dan Hawa, melambangkan kesuburan dan
duniawi, dan melambangkan kehidupan turun temurun. Dan ada pula bangunan Pengada
yang berada tepat di depan gerbang. Pengada artinya kubeng atau keliling
bangunan ini di gunakan untuk tempat pejabat Panca Lima terdiri dari Demang Dalem,
Camat Dalem, Lurah Dalem, Lurah Dalem, Laskar Dalem, dan Kaum Dalem. Selain itu
bangunan Pengada berfungsi sebagai tempat membagikan berkat dan tempat
pemeriksaan sebelum menghadap raja dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti
Inggil ini terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.
0 komentar:
Posting Komentar