BERKUNJUNG
KE KERATON KASEPUHAN
Keraton kasepuhan adalah kerajaan tempat para pendiri Cirebon bertahta, dan disinilah pusat pemerintahan cirebon berdiri. Keraton ini juga termasuk keraton termegah di Cirebon, disetiap sudut arsitekturnya keraton ini memiliki makna masing-masing.
Saya
akan menceritakan pengalaman saya ketika saya observasi ke keraton kasepuhan. Menurut
saya keraton kasepuhan termasuk keraton yang mudah untuk dijangkau, karena
tempatnya dekat dari kota ataupun dari pesisir pantai. Untuk menempuh
perjalanan dari kota bisa menggunakan kendaraan umum dengan jarak waktu yang
ditempuh sekitar 15 sampai 20 menit. Di depan keraton kasepuhan terdapat
alun-alun yang pada waktu zaman dulu bernama alun-alun Sangka Buana, disitulah
titik pusat tata letak kompleks pemerintahan keraton. Di sebelah barat Keraton
Kasepuhan terdapat masjid yang cukup besar peninggalan para wali yang dinamakan
Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan, di sebelah timur alun alun terdapat tempat
perekonomian yang disebut pasar kasepuhan yang khas dengan pocinya.
Harga
tiket masuk keraton kasepuhan terbilang cukup murah sebesar Rp.10.000 bisa
mengetahui sejarah-sejarah keraton dan kasultanan yang ada di cirebon. Akan
tetapi jika ingin mengetahui lebih jelasnya bisa meminta pemandu wisata untuk
menjelaskan tentang semua yang ada didalam keraton kasepuhan dengan upah
seikhlasnya.
Keraton
Kasepuhan memiliki dua pintu gerbang, pintu gerbang pertama terletak disebelah
utara dan pintu gerbang yang kedua terletak diselatan kompleks. Gerbang utara
disebut Kreteg Pangrawit yang mempunyai
arti jempatan kecil, sedangkan di sebelah selatan disebut Lawang Sanga yang
berarti pintu sembilan. Setelah melewati Kreteg Pangrawit akan sampai dibagian
depan keraton kasepuhan, di bagian ini terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna
dan Pancaniti.
Bangunan
Pancaratna berada di kiri depan kompleks
arah barat. Lantai tegel, kontruksi atap ditunjang empat sokoguru di atas
lantai yang lebih tinggi dan 12 tiang pendukung di permukaan lantai yang lebih
rendah. Atapnya dari bahan genteng, di puncaknya terdapat bangunan yang bernama
Mamolo yang keseluruhannya memiliki pagar terali besi. Bangunan ini berfungsi
sebagai tempat saba atau tempat untuk menghadap pembesar desa yang diterima
oleh Demang atau Wadana.
Selanjutnya
bangunan Pancaniti berarti jalan atasa, merupakan pendopo sebelah timur yang
merupakan tempat para perwira keraton memilih prajurit ketika diadakannya
latihan keprajuritan di alun-alun dan
sebagai tempat pengadilan, bangunan ini berlantai tegel dan terbuka tanpa
dinding, memiliki tiang-tiang yang berjumlah 16 buah tiang
mendukung atap sirap. Bangunan ini juga memiliki pagar terali besi.
Masuk
jalan kompleks keraton disebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi.
Bangunan ini bernama Siti inggil atau bahasa cirebonnya di sebut Lemah Duwur yaitu tanah yang tinggi. Di
dalam kompleks siti inggil terdapat 5 bangunan yaitu :
1. Mande
Malang Semirang
2. Mande
Pandawa Lima
3. Mande
Semar Tinandu
4. Mande
pengiring
5. Mande
Karasemen
Selain 5 bangunan itu terdapat juga
tugu batu dan bangunan Pengada.
Kemudian setelah Siti
inggil ada Area Tajug Agung, batas
antara siti inggil dengan halaman tajug agung dibatasi oleh tembok bata. Area Tajug
Agung terbagi dua yaitu halaman Pengada dan halaman Tajug Agung, keduanya di pisahkan
oleh tembok yang rendah.
Setelah Tajug Agung ada
area utama Keraton Kasepuhan, area yang berisikan bangunan induk keraton serta
bangunan penunjang lainnya. Di dalam area utama keraton ini terdapat beberapa
bangunan antara lain :
1. Taman
Dewandaru
2. Museum
Benda Kuno
3. Museum
Kereta
4. Tugu
manunggal
5. Lunjuk
6. Sri
Menganti , dan
7. Bangunan
induk keraton.
Bangunan
Induk keraton, merupakan tempat Sultan melakukan kegiatan kesultanan, di dalam
bangunan ini terdapat beberapa ruangan, di antaranya:
1. Kutagara
Wadasan
2. Kuncung
3. Jinem
Pangrawit
4. Gajah
Nguling
5. Bangsal
Pringgadani
6. Bangsal
Prabayasa
7. Bangsal
Agung Panembahan
8. Pungkuran
9. Kaputran
1. Kaputren
1. Dapur
Maulud
. . Pamburatan
. . Pamburatan
k
0 komentar:
Posting Komentar