Keadaan Budaya di Keraton Kasepuhan

Agama Islam mengajarkan agar para pemeluknya agar melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik. Yang dimaksud kegiatan ritualistik adalah meliputi berbagai bentuk ibadah seagaimana yang tersimpun dari rukun Islam. Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan riyual/upacara. Secara luwes Islam memberikan warna baru dalam upacara yang biasanya disebut kenduren atau selamatan. Membahas masalah budaya, maka tak lepas pula dengan seni, Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya dan kesenian yang hingga sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus dlakukan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah upacara tradisional Maulid Nabi Muhammad SAW yang telah ada sejak pemerintahan Pangeran Cakrabuana, dan juga Upacara Pajang Jimat dan lain sebagainya. B.1 Upacara Maulid Nabi Upacara Maulid Nabi dilakukan setelah beliau wafat,± 700 tahun setelah beliau wafat upacara ini dilakukan sebagai rasa hormat dan sebagai peringatan hari kelahiran kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Secara istilah, kata maulud berasal dari bahasa Arab “Maulid” yang memiliki sebuah arti kelahiran. Upacara Maulid Nabi di Cirebon telah dilakkan sejak abad ke 15, sejak pemerintahan Sunan Gunung Jati upacara ini dilakukan dengan besar-besaran. Berbeda dengan masa pemerintahan Pangeran Cakrabuana yang hanya dilakukan dengan cara sederhana. Upacara Maulid Nabi di keraton Cirebon diadakan setiap tahun hingga sekarang yang oleh masyarakat Cirebon bisebut sebagai upacara “IRING-IRINGAN PANJANG JIMAT” .Upacara Pajang Jimat Salah satu upacara yang dilakukan di Kerajaan Cirebon adalah Upacara Pajang Jimat. Pajang Jimat memiliki beberapa pengertian, Pajang yang berarti terus menerus diadakan, yakni setiap tahun, dan Jimat yang berarti, dipuja-puja di dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW Pajang Jimat merupakan sebuah piring besar (berbentuk elips) yang terbuat dari kuningan. Bagi Cirebon Pajang Jimat memiliki sejarah khusus, yakni benda pusaka Kraton Cirebon, yang merupakan pemberian Hyang Bango kepada Pangeran Cakrabuana ketika mencari agama Nabi (Islam). Upacara Pajang Jimat pada Kraton Cirebon dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, setelah Isya’, upacara penurunan Pajang Jimat dilakukan oleh petugas dan ahli agama di lingkungan kraton. Turunnya Pajang Jimat dimulai dari ruang Kaputren naik ke Prabayaksa dam selanjutnya diterima oleh petugas khusus yang telah diatur. Adapun tatacara dan atribut dalam upacara Pajang Jimat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Beberapa lilin dipasang diatas standarnya. 2. Dua buah manggaran, dan buah naga dan dua buah jantungan. 3. Kembang goyak (kembang bentuuk sumping) 4.Serbad dua guci dan duapuluh botl bir tengahan. 5. Boreh/parem. 6. Tumpeng. 7. Ancak sangar (panggung) 4 buah yang keluar dari pintu Pringgadani. 8. 4 buah dongdang yang berisi makanan, menyusul belakangan, keluar dari pintu barat Bangsal Pringgandani, ke teras Jinem. Upacara irig-iringan Pajang Jimat di Kraton Kasepuhan Cirebon ini sebagai gambaran peranan seorang dukun bayi (bidan). Jam 24.00 Pajang Jimat kembali dari Langgar Keraton masukke Kraton dengan melalui pintu sebelah barat menuju Kaputren, maka berakhirlah acara Upacara Maulid Nabi Seni Bangunan dan Seni Ukir Seni bangunan dan seni ukir yang berkembang di kerajaan Cirebon tak lepas dari perkembngan seni pada zaman sebelumnya. Ukiran-ukiran yang ada pada kraton banyak menunjukkan pola zaman sebelumnya. Ukiran yang menunjukkan sifat khas pada Cirebon adalah ukiran pola awan yang digambarkan pada batu karang. Penggunaan seni bangunan masjid tampak asli pada penggunaan lengkungan pada ambang-ambang pintu masjid. Demikian pula dengan makam-makam yang strukturnya mengikuti zaman sebelumnya. Yakni berbentuk bertingkat dan ditempatkan di atas bukit-bukit menyerupai meru .Seni Kasusasteran Diantara seni bangunan dan seni tari, terdapat juga seni kasusasteran yang berkembang. Diantarnya adalah seni tari, seni suara, dan drama yang mengandung unsur-unsur Islam. Seni kasusasteran yang berkembang ini juga tak lepas dari zaman sebelumnya. Misalnya saja seni tari, yang diantaranya yang berkembang adalah seni ogel namun mengandung unsur-unsur Islam Ada budaya yang ada di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon yaitu, Muludan. Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 s/d 12 Mulud. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
NewerStories OlderStories Beranda

0 komentar:

Posting Komentar